Selamat Datang

Silakan mampir dan melihat-melihat rumah kami. Tidak perlu membawa oleh-oleh cukup ucapkan salam dan akan kami sambut dengan segala kehangatan sebagai teman, sahabat, saudara dan keluarga.


Kami akan membantu apapun keperluan Anda yang berhubungan dengan dunia penulisan dan percetakan. Jangan ragu menjadikan kami sebagai mitra usaha.

Jingga Publishing House mitra Anda dalam membingkai cerita dengan kasih dan cinta.

Selasa, 15 Maret 2011

Kala Maghrib Memerah

Sewaktu Aku kecil, ada satu peringatan dari orangtua yang selalu teringat bahkan hingga hari ini. Kalimat yang sering ditiupkan kealam bawah sadarku hingga menjadi sebuah kebiasaan yang selalu kulakukan. Kuyakin diantara Kalian pernah juga dilarang oleh para orangtua untuk tidak keluar rumah pada waktu maghrib. Namun alasan yang mereka sampaikan sungguh berbau mistis seperti, “ jangan keluar kalau maghrib nanti dibawa wewe gombel”, atau “awas looh…nanti kamu diculik genderuwo kalau keluar maghrib-maghrib”.

Beranjak dewasa, kalimat-kalimat tersebut menjadi mitos yang kupertanyakan kebenarannya, apa sebenarnya yang terjai di waktu maghrib sampai para orangtua memberikan larangan tersebut pada anak-anaknya?. Apakah benar hantu, wewe gombel, genderuwo dan segala jenis setan-setanan eksis dan benar adanya hingga menjadi senjata andalan untuk menakuti-nakuti anak kecil supaya patuh tanpa reserve atas perintah ayah ibu-nya?.

Berdasarkan kajian dari sudut pandang agama, ternyata Rosululloh Muhammad SAW melarang keluar pada waktu maghrib berdasarkan hadits berikut :
“Dari Jabir RA, Rosululloh SAW bersabda,’Ketika malam turun, dekatkanlah anak-anak kalian kepadamu, karena waktu itu syaithan berkeliaran, sejam kemudian Kalian dapat melepaskan mereka. Dan tutuplah pintu-pintu rumahmu dan sebutlah nama Allah. Padamkanlah lampu dan sebutlah nama Allah. Tutuplah minumanmu dan sebutlah nama Allah. Tutuplah juga bejanamu dan sebutlah nama Allah, sekalipun hanya dengan meletakkan sesuatu di atasnya’”. (HR.Bukhari).

Jelas sudah dari hadits tersebut bahwa antara waktu maghrib dan isya ( perhatikan kata sejam kemudian) Kita dianjurkan untuk tidak keluar rumah untuk kebaikan diri kita sendiri. Selain itu hadits tersebut juga mengajarkan untuk menutup pintu, minuman dan setiap wadah yang ada dengan mengucap basmalah, sebagai upaya menghindarkan diri dan keluarga dari gangguan setan. Sementara memadamkan lampu dengan menyebut nama Allah adalah sebuah pelajaran untuk mendapatkan tidur yang berkualitas selepas waktu isya. Karena dengan memadamkan lampu tubuh akan mudah relaks dan tidur lebih cepat sehingga tubuh akan mengeluarkan zat melatonin yang mampu melakukan self healing dari berbagai penyakit dan membangun sistem imun alami.

Sementara berdasarkan kajian ilmu medis timur yang dikenal dengan akupunktur, ditemukan bahwa waktu maghrib identik dengan spektrum gelombang warna merah dimana setan dan iblis memiliki tenaga maksimal disebabkan warna merah adalah gelombang frekuensi mereka.

Pelarangan keluar rumah diwaktu maghrib juga berguna bagi kesehatan frekuensi otak, otot dan tulang karena pada waktu maghrib tenaga kerja jantung yang mengandung unsur api sebagai salah satu elemen lima unsur alam dalam teori yin dan yang, sedang berada dipuncak. Jantung berhubungan dengan darah (sie) dan pembuluh darah yang mempengaruhi kerja otot dan tulang. Ketidak maksimalan kerja jantung akan mengakibatkan seseorang mudah terkena rheumatoid arthritis ( rematik) dan osteoarthrosis (nyeri tulang). Sehingga selayaknya kita menjadikan waktu maghrib untuk menjalin komunikasi transenden dengan Sang Pencipta dengan sholat dan dzikir sebagai pengganti meditasi untuk menyerap tenaga alam dan menguatkan Qi=Ci Jantung agar mampu mengalirkan darah dan oksigen ke otak dan memberi kekuatan pada otot dan tulang.

Kembali pada masalah tidak boleh keluar di waktu mahgrib selayaknya tidak hanya berlaku untuk anak-anak namun juga bagi kita yang sudah dewasa. Bagaimanapun menghentikan sejenak aktivitas diluar rumah bagi mereka yang bekerja diluar dan mampir ke masjid untuk sholat maghrib adalah upaya menghindarkan diri tidak cuma dari gangguan setan secara psikis tapi juga secara pisik mencegah diri dari kecelakaan karena gelombang warna merah akan sangat berbahaya jika bertumbukan dengan cahaya yang menyilaukan mata baik dari sinar lampu jalanan atau sorot lampu kendaraan yang menyebabkan banyak terjadi kecelakaan di waktu maghrib.

Sementara bagi bayi, balita dan anak-anak kita pelarangan keluar rumah memberi pelajaran dan membiasakan anak menjalani pola hidup sehat. Alih-alih membiarkan anak keluar rumah atau justru orangtua mengajak anak jjm (jalan-jalan waktu maghrib) bukankah lebih baik jika anak diajak sholat berjamaah, belajar bersama dan mendongeng. Terlebih bagi para bayi yang masih peka dan dalam masa keemasan memori dan mengimitasi banyak hal. Kebiasaan mengajak para bayi sholat, belajar, membacakan doa harian dan mendongengi akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang tersimpan sebagai file dialam bawah sadar yang kelak akan membantu mereka untuk mempelajari sesuatu yang lebih rumit seiring pertambahan usia mereka. Ingatlah bahwa otak mereka sedang berkembang dengan pesat dan jangan cederai sinap-sinap (jaringan penghubung antar otak) mereka dengan membawa mereka dalam pusaran spketrum warna dimana setan dengan segala kekuatannya menyusupkan bisikan-bisikan halus untuk merusak kemampuan otak bayi tercinta.

Jika Kita sebagai orang tua, ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anak dengan penuh cinta membiasakan diri untuk menahan hasrat keluar rumah di waktu maghrib, kelak sang buah hati pun akan terpola dengan pembiasaan yang telah dilakukan sejak dini. Tidak perlu menakuti-nakuti anak dengan segala cerita mistis sehingga anak jadi takut dengan setan dan kroninya. Akan lebih bijak dan masuk akal jika kita mengajarkan anak dengan kepatuhan kepada Allah, menjadikan Sang Khalik sebagai satu-satunya yang harus ditakuti dengan menjadikan maghrib sebagai waktu yang tepat untuk belajar banyak hal bersama, dirumah, bersama ayah bunda tercinta dengan sulur-sulur kasih dan cinta yang akan menyelisip kedalam sinap sang buah hati agar kelak menjadikan mereka sebagai qurrata a’yyun (penyejuk mata) dalam keluarga.

Aku bersyukur memiliki kedua orangtua yang mengajarkanku banyak hal. Meski karena keterbatasan, mereka tidak mampu menjelaskan banyak hal dengan landasan teori yang mumpuni. Namun demikian disebabkan karena keterbatasan tersebut, Aku terpacu untuk mencari tahu banyak hal. Bagaimanapun ayah bunda adalah sekolahku yang pertama dan utama. Merekalah peletak dasar kemampuan berfikir yang senantiasa tanpa mereka sadari dicetak tebal dalam alam bawah sadarku hingga membentuk ribuan file dan mesin pencari layaknya google search hingga aku bisa menuliskan kembali nasehat mereka untuk tidak keluar diwaktu maghrib dengan tidak lagi diiringi rasa takut diculik wewe gombel.

*Renungan Pagi, dengan selaksa rindu dan doa buat Almarhum Ayah Bunda. Bumi Allah, 16 Maret 2011

2 komentar:

  1. nah.. kata" yang ini sering terdengar di telingaku .
    kata orang tuaku di kala magrib : kalau magrib anak ayam saja masuk kandangnya, cepat tutup jendela, nyalakan lampu teras dll ..

    tapi itu dulu waktu masih sekolah dam masih tinggal sama ortu, skrg mah bebas ..

    salam kenal yah...
    kalau ada waktu mampir ke blog ku yah ...

    BalasHapus
  2. Hai...makasih ya dah mampir, maaf ni baru dibuka komennya.

    Insya Allah segera mampir ke blog mu. Makasih yaaaa....

    BalasHapus