Selamat Datang

Silakan mampir dan melihat-melihat rumah kami. Tidak perlu membawa oleh-oleh cukup ucapkan salam dan akan kami sambut dengan segala kehangatan sebagai teman, sahabat, saudara dan keluarga.


Kami akan membantu apapun keperluan Anda yang berhubungan dengan dunia penulisan dan percetakan. Jangan ragu menjadikan kami sebagai mitra usaha.

Jingga Publishing House mitra Anda dalam membingkai cerita dengan kasih dan cinta.

Minggu, 24 April 2011

Mari Menulis Untuk Penderita Kanker

Dear friends,

Kalian pasti pernah mendengar tentang penyakit kanker. Tapi mungkin sedikit yang tahu bagaiman seorang penderita kanker dapat melewati hari-harinya. Sangatlah tidak mudah bagi mereka menerima vonis dokter tentang penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian tersebut.

Setelah menerima kenyataan bahwa penyakit tersebut ada dalam tubuh, mereka tidak cuma harus menyiapkan hati dan mental tapi juga biaya yang tentu saja tidak sedikit. Seringkali kepasrahan seorang penderita kanker bukan semata karena putus asa melainkan karena ketidak adaan biaya untuk berupaya mengatasi penyakit tersebut.

Di Surabaya saja Dalam catatan Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr Soetomo, tahun 2009 terdapat 744 pasien kanker baru. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 709 orang dan pada 2007 sebanyak 683 orang. Sementara jumlah pasien kanker anak menurut Ketua Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpBKL, Jumat (22/10) di Surabaya sekitar 10-12 persen dari keseluruhan pasien kanker. Angka statistik tersebut akan terus bertambah dari hari ke hari dan sebagian besar dari para penderita kanker tersebut tercatat sebagai pasien dhuafa.

Lembaga Paliatif kanker yang berpusat di RSU Dr Soetomo adalah lembaga yang dikelola dengan mengandalkan dana dari para donatur yang tentu saja jumlahnya tidak sebanding dengan banyaknya penderita.

Melihat keadaan tersebut, Saya mengajak rekan-rekan penulis untuk menyumbangkan karyanya yang insya Allah akan dibukukan dan seluruh royalti dari penjualan buku tersebut akan disumbangkan pada penderita kanker melalui Lembaga Paliatif Kanker RSU Dr Soetomo.

Tulisan dapat berupa cerpen atau essay kisah inspiratif base from true story dengan syarat sebagai berikut :

- Ditulis dengan huruf times new roman 12pt, 1 spasi
- Maksimal 8 halaman ms world
- Setiap orang boleh mengirim maksimal 2 naskah
- Batas waktu pengumpulan naskah 5 Juni 2010
- Naskah dikirim ke tiarajingga@gmail.com dlm bentuk file attachment

Satu karya untuk penderita kanker adalah sumbangsih amal yang akan menjadi catatan kebaikan hingga yaumul akhir, jadi ikhlaskan royalti kalian untuk mereka. Bukankah memberi adalah sebuah kebahagiaan? dan inilah wujud pemberian kita sebagai penulis lewat karya nyata. Ditunggu partisipaasinya teman

Salam

Titie Surya

Minggu, 03 April 2011

Mencari Pembantu Idaman

Membincang soal PRT (Pembantu Rumah Tangga) dengan kaum ibu disekitarku atau teman-teman dilingkungan kerjaku membuat Aku sedikit mengernyitkan kening. Betap tidak, nyaris mereka semua mengeluhkan ulah sang asisten rumah tangga yang lagi-lagi menurut para ibu alih-alih meringankan pekerjaan rumah malah kehadiran si Mbak bikin kepala cenat cenut. Dari mulai cara kerja yang tidak beres, mengasuh anak yang tidak becus, kerja sambil mainan hape, tukang pacaran, suka mencuri dan stigma-stigma negatif lain yang dilekatkan pada sang pembantu.

Apa sih sebenarnya tugas seorang pembantu rumah tangga? Dan bagaimana menyikapi mereka dalam komunitas bernama sebuah keluarga yang susah payah dibangun oleh sepasang suami istri. Dalam bukunya Doing the Dirty Work? The Global Politics of Domestic Labour, Bridget Anderson, sang penulis, memaknai pekerjaan rumah tangga (domestic labor) sebagai pekerjaan yang sangat vital dan sustaining. Menariknya masih menurut Anderson, pekerja rumah tangga baik yang melakukan cleaning (bersih-bersih), baby sitting (mengasuh) atau “servant” (melayani) pada fungsi caring-caring-nya, bukan pada labor power-nya yang memang tidak setara antara majikan dan pekerja. Menurutnya, yang mendorong para majikan mempekerjakan para PRT bukanlah labor power dalam relasi kerja keduanya, tapi lebih pada apa yang disebutnya sebagai personhood.

Apa bedanya labor power dan personhood ?. Pada Labor power terjadi penguasaan yang lebih dari seseorang atas seorang yang lain. Hubungan yang tercipta adalah suasana kerja baku dan kaku antara seorang majikan yang boleh memerintahkan segalanya dan seenak wudele dewe hingga seringkali terjadi kekerasan didalamnya baik secara fisik maupun psikis. Sedangkan pada relasi personhood, seseorang mempekerjakan orang lain dalam lingkup kekuasaanya dengan memperhatikan, mempertimbangkan dan memandang sang pekerja dari sisi kemanusiaannya sebagai seorang (person) yang memiliki kepribadian unik, bisa diarahkan dan dibentuk sebaik mungkin yang tidak hanya untuk kepentingan majikan tapi juga untuk si pembantu.

Dalam pandangan Islam, pembantu atau disebut juga khadimat, adalah bagian dari anggota keluarga yang juga harus diperhatikan keimanan dan akhlaknya oleh sang majikan. Namun anggapan sebagai anggota keluarga menjadi bias pada prakteknya dikeseharian hari ini. Beberapa majikan mengenalkan asisten rumah tangganya tersebut kepada tetangga sebagai anggota keluarga baru, tapi apakah si Mbak dilibatkan jika mereka pergi liburan?, mendapat hak yang sama dengan anak-anak atau anggota keluarga kita yang lain?. Tentunya tidak, si Mbak tetap harus bekerja sementara keluarga majikannya pergi berlibur atau makan-makan di sebuah resto mewah. Sepertinya saya bakal dihujat oleh para majikan jika terkesan membela para pembantu, tapi tunggu dulu, saya belum selesai.

Mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga saat ini adalah merupakan sebuah kebutuhan bagi keluarga kelas menengah ke atas utamanya di perkotaan. Sementara pagi para perempuan desa dengan tingkat pendidikan rendah, yang paling memungkinkan mereka lakukan untuk mendapat penghasilan secara mandiri adalah menjadi pembantu rumah tangga yang tidak memerlukan prosedur lamaran kerja yang ribet bagi. Sebenarnya ada simbisosis mutualisme disini, mereka (perempuan dari desa) membutuhkan pekerjaan, sementara perempuan kelas menengah kota punya punya akses (besar) ke pekerjaan publik. Jadi muncul ketergantungan pada PRT di kalangan kelas menengah kota. Namun sayangnya, ada relasi power yang tidak seimbang. Ada hubungan yang tidak seimbang antara kelas menengah kota dengan perempun dari kampung. Ketidakseimbangannya (bisa) soal keterampilan, dan lain-lain –dan (kondisi ini) memiliki kecenderungan melahirkan ketidakadilan.

Sebagai seorang majikan Saya dan tentu juga Anda berharap para pembantu bisa melakukan tugasnya sebaik mungkin, rumah bersih, anak-anak terjaga dan terpenuhi kebutuhan makannya, cucian kotor jadi bersih dan tersimpan rapi di lemari, masakan tersedia ketika pulang ke rumah dalam keadaan lelah dan selalu siap setiap saat manakala Kita membutuhkan mereka dengan satu teriakan bernada sopran,”Mbaaaaaaaaak…”.

Satu hal yang seringkali kita lupa, darimana mereka berasal? Seberapa level pendidikan mereka?. Harapan majikan yang bersenjang dengan kenyataan bahwa ternyata pembantu mereka ndableg, malas, tidak trampil dan tidak becus sejatinya karena Kita tidak menempatkan cara kita berfikir dari jendela pikiran mereka. Tentu saja mereka tidak becus memasak dengan baik, karena mereka cuma biasa memasak ala desa dengan piranti masak seadanya dan dengan menu masakan yang juga ndeso. Pastinya mereka tidak bisa mengasuh anak dengan baik, lah wong rata-rata mereka cuma lulusan SD dan belum pernah punya anak karena rata-rata usia para pembantu amsih belasan tahun. Bagaimana mereka mampu mengurus rumah menjadi rapi sesuai selera majikan kalau sebelumnya cuma terbiasa mengurus rumah di desa yang seadanya, dengan tata ruang yang sederhana dan tidak banyak pernak perniknya. Mereka sibuk mainan hape dan pacaran, itu karena mereka gegar teknologi dan suka mencari perhatian lawan jenis bisa jadi karena berharap segera nikah disebabkan tuntutan masyarakat desanya yang menganggap perempuan lebih dari usia 14 tahun masih lajang, sebagai perawan tua.

Sebagai majikan, kehadiran para Mbak dirumah tangga kita adalah mutlak tanggung jawab kita. Mereka datang dengan segala kekurangan mereka, maka Kitalah yang harus melengkapi mereka dengan mengajarkan banyak hal. Kita lah yang harus lebih sabar menghadapi mereka dengan tingkat pendidikan dan keimanan yang insya Allah lebih baik dari mereka. Dan kita juga yang harus mengarahkan mereka untuk bertanggung jawab atas segala tugas yang dibebankan kepundak mereka dengan sekali lagi mempertimbangkan tingkat kecerdasan, kematangan emosi dan berfikir juga kemampuan sosialisasi para Mbak. Terlebih dari itu, sebagai seorang muslim, segala apa yang ada dalam kepemimpinan Kita kelak akan dipertanggung jawabkan, termasuk kepemimpinan terhadap khadimat di rumah.

Jika segala cara telah diikhtiarkan untuk membentuk sang pembantu menjadi pembantu ideal nan idaman namun gagal, maka bersabarlah. Seseorang tidak mudah dibentuk dalam satu hari, satu bulan bahkan satu tahun. Mungkin dengan mudah Kita bisa cari lagi pembantu baru, namun akan lagi dan lagi diperlukan proses pembelajaran yang sama dan pastinya butuh nafas yang lebih panjang. Setiap orang punya kekurangan, selagi perbuatan si Mbak bisa ditolerir, tidak melanggar aqidah, tidak mencuri dan tidak melakukan kekerasan maka sebaiknya kita berlapang dada menerima kekurangannya dengan memperhatikan kelebihan yang mereka punya dan terus mengajak mereka berproses menjadi lebih baik.

Tidak sedikit dari proses pembelajaran yang diberikan para majikan membuahkan pembantu-pembantu cerdas yang bisa diandalkan. Namun juga tidak sedikit pembantu-pembantu bebal yang tidak mempan diajari dengan cara apapun. Semua berpulang kembali pada kesiapan kita saat memutuskan sebuah keputusan membawa orang asing sebagai bagian dari keluarga kita, sebagai asisten rumah tangga kita dan sebagai murid yang harus selalu dididik dan dibimbing sepanjang kebersamaannya bersama kita.

*Dengan rasa kasih dan trima kasih pada Mbak Fadhilah, Khadimat setia dalam suka dan dukaku. Subuh, 4 April 2011. @Titie Surya.

Rabu, 30 Maret 2011

Coming Soon "A Gift From Heaven"


A Gift From Heaven adalah buku yang bertutur tentang kisah-kisah sejati dari orang-orang disekeliling sang penulis. Cerita duka yang menyentuh jiwa dituturkan dengan keindahan bahasa yang memikat menjadikan setiap kisah begitu hidup.

Duka adalah sebuah kata yang seringkali menjadi momok bagi setiap orang. Wajah duka bisa berupa apa saja mulai dari kematian, kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan pekerjaan, ditipu rekan bisnis dan lain-lain.

Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengendapkan dan mengkatarsiskan duka hingga mampu keluar sebagai pemenang dan menjadikan butiran-butiran airmata sebagai sebentuk hadiah bagi sepotong hati yang lara.

Buku ini menarik untuk dibaca oleh setiap orang yang sedang mencari pencerahan jiwa, terutama bagi mereka yang sedang bergulat dengan duka agar mampu memandang setiap musibah dari jendela yang lain dan menyingkap helai demi helai bingkisan tersebut hingga menemukan kunci pembuka hadiah itu bersamaan dengan lapisan terakhir yang mengejutkan dan membuat senyum terbentuk indah dibibir dan syukur melantun dari hati.

Selasa, 15 Maret 2011

Kala Maghrib Memerah

Sewaktu Aku kecil, ada satu peringatan dari orangtua yang selalu teringat bahkan hingga hari ini. Kalimat yang sering ditiupkan kealam bawah sadarku hingga menjadi sebuah kebiasaan yang selalu kulakukan. Kuyakin diantara Kalian pernah juga dilarang oleh para orangtua untuk tidak keluar rumah pada waktu maghrib. Namun alasan yang mereka sampaikan sungguh berbau mistis seperti, “ jangan keluar kalau maghrib nanti dibawa wewe gombel”, atau “awas looh…nanti kamu diculik genderuwo kalau keluar maghrib-maghrib”.

Beranjak dewasa, kalimat-kalimat tersebut menjadi mitos yang kupertanyakan kebenarannya, apa sebenarnya yang terjai di waktu maghrib sampai para orangtua memberikan larangan tersebut pada anak-anaknya?. Apakah benar hantu, wewe gombel, genderuwo dan segala jenis setan-setanan eksis dan benar adanya hingga menjadi senjata andalan untuk menakuti-nakuti anak kecil supaya patuh tanpa reserve atas perintah ayah ibu-nya?.

Berdasarkan kajian dari sudut pandang agama, ternyata Rosululloh Muhammad SAW melarang keluar pada waktu maghrib berdasarkan hadits berikut :
“Dari Jabir RA, Rosululloh SAW bersabda,’Ketika malam turun, dekatkanlah anak-anak kalian kepadamu, karena waktu itu syaithan berkeliaran, sejam kemudian Kalian dapat melepaskan mereka. Dan tutuplah pintu-pintu rumahmu dan sebutlah nama Allah. Padamkanlah lampu dan sebutlah nama Allah. Tutuplah minumanmu dan sebutlah nama Allah. Tutuplah juga bejanamu dan sebutlah nama Allah, sekalipun hanya dengan meletakkan sesuatu di atasnya’”. (HR.Bukhari).

Jelas sudah dari hadits tersebut bahwa antara waktu maghrib dan isya ( perhatikan kata sejam kemudian) Kita dianjurkan untuk tidak keluar rumah untuk kebaikan diri kita sendiri. Selain itu hadits tersebut juga mengajarkan untuk menutup pintu, minuman dan setiap wadah yang ada dengan mengucap basmalah, sebagai upaya menghindarkan diri dan keluarga dari gangguan setan. Sementara memadamkan lampu dengan menyebut nama Allah adalah sebuah pelajaran untuk mendapatkan tidur yang berkualitas selepas waktu isya. Karena dengan memadamkan lampu tubuh akan mudah relaks dan tidur lebih cepat sehingga tubuh akan mengeluarkan zat melatonin yang mampu melakukan self healing dari berbagai penyakit dan membangun sistem imun alami.

Sementara berdasarkan kajian ilmu medis timur yang dikenal dengan akupunktur, ditemukan bahwa waktu maghrib identik dengan spektrum gelombang warna merah dimana setan dan iblis memiliki tenaga maksimal disebabkan warna merah adalah gelombang frekuensi mereka.

Pelarangan keluar rumah diwaktu maghrib juga berguna bagi kesehatan frekuensi otak, otot dan tulang karena pada waktu maghrib tenaga kerja jantung yang mengandung unsur api sebagai salah satu elemen lima unsur alam dalam teori yin dan yang, sedang berada dipuncak. Jantung berhubungan dengan darah (sie) dan pembuluh darah yang mempengaruhi kerja otot dan tulang. Ketidak maksimalan kerja jantung akan mengakibatkan seseorang mudah terkena rheumatoid arthritis ( rematik) dan osteoarthrosis (nyeri tulang). Sehingga selayaknya kita menjadikan waktu maghrib untuk menjalin komunikasi transenden dengan Sang Pencipta dengan sholat dan dzikir sebagai pengganti meditasi untuk menyerap tenaga alam dan menguatkan Qi=Ci Jantung agar mampu mengalirkan darah dan oksigen ke otak dan memberi kekuatan pada otot dan tulang.

Kembali pada masalah tidak boleh keluar di waktu mahgrib selayaknya tidak hanya berlaku untuk anak-anak namun juga bagi kita yang sudah dewasa. Bagaimanapun menghentikan sejenak aktivitas diluar rumah bagi mereka yang bekerja diluar dan mampir ke masjid untuk sholat maghrib adalah upaya menghindarkan diri tidak cuma dari gangguan setan secara psikis tapi juga secara pisik mencegah diri dari kecelakaan karena gelombang warna merah akan sangat berbahaya jika bertumbukan dengan cahaya yang menyilaukan mata baik dari sinar lampu jalanan atau sorot lampu kendaraan yang menyebabkan banyak terjadi kecelakaan di waktu maghrib.

Sementara bagi bayi, balita dan anak-anak kita pelarangan keluar rumah memberi pelajaran dan membiasakan anak menjalani pola hidup sehat. Alih-alih membiarkan anak keluar rumah atau justru orangtua mengajak anak jjm (jalan-jalan waktu maghrib) bukankah lebih baik jika anak diajak sholat berjamaah, belajar bersama dan mendongeng. Terlebih bagi para bayi yang masih peka dan dalam masa keemasan memori dan mengimitasi banyak hal. Kebiasaan mengajak para bayi sholat, belajar, membacakan doa harian dan mendongengi akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang tersimpan sebagai file dialam bawah sadar yang kelak akan membantu mereka untuk mempelajari sesuatu yang lebih rumit seiring pertambahan usia mereka. Ingatlah bahwa otak mereka sedang berkembang dengan pesat dan jangan cederai sinap-sinap (jaringan penghubung antar otak) mereka dengan membawa mereka dalam pusaran spketrum warna dimana setan dengan segala kekuatannya menyusupkan bisikan-bisikan halus untuk merusak kemampuan otak bayi tercinta.

Jika Kita sebagai orang tua, ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anak dengan penuh cinta membiasakan diri untuk menahan hasrat keluar rumah di waktu maghrib, kelak sang buah hati pun akan terpola dengan pembiasaan yang telah dilakukan sejak dini. Tidak perlu menakuti-nakuti anak dengan segala cerita mistis sehingga anak jadi takut dengan setan dan kroninya. Akan lebih bijak dan masuk akal jika kita mengajarkan anak dengan kepatuhan kepada Allah, menjadikan Sang Khalik sebagai satu-satunya yang harus ditakuti dengan menjadikan maghrib sebagai waktu yang tepat untuk belajar banyak hal bersama, dirumah, bersama ayah bunda tercinta dengan sulur-sulur kasih dan cinta yang akan menyelisip kedalam sinap sang buah hati agar kelak menjadikan mereka sebagai qurrata a’yyun (penyejuk mata) dalam keluarga.

Aku bersyukur memiliki kedua orangtua yang mengajarkanku banyak hal. Meski karena keterbatasan, mereka tidak mampu menjelaskan banyak hal dengan landasan teori yang mumpuni. Namun demikian disebabkan karena keterbatasan tersebut, Aku terpacu untuk mencari tahu banyak hal. Bagaimanapun ayah bunda adalah sekolahku yang pertama dan utama. Merekalah peletak dasar kemampuan berfikir yang senantiasa tanpa mereka sadari dicetak tebal dalam alam bawah sadarku hingga membentuk ribuan file dan mesin pencari layaknya google search hingga aku bisa menuliskan kembali nasehat mereka untuk tidak keluar diwaktu maghrib dengan tidak lagi diiringi rasa takut diculik wewe gombel.

*Renungan Pagi, dengan selaksa rindu dan doa buat Almarhum Ayah Bunda. Bumi Allah, 16 Maret 2011

Senin, 07 Maret 2011

Luasnya Hati Yang Lapang

Berbincang dengan seorang sahabat jiwa di YM, seringkali membuat aku selalu berkata,"euureekaaaa...!!!"
Karena tiba-tiba Aku bisa menemukan ide segar yang semula buntu di kepala dan kadang macet dihati, seperti macetnya hati dan jiwaku karena sebutir persoalan yang kuhadapi hari-hari belakangan ini.

Tak bisa kupungkiri jiwa manusiaku yang lemah, membuat Aku mengalami perubahan emosi yang cukup lumayan menyita energi jiwa disebabkan masalah tersebut. Alhamdulillah tidak menjadikan  distress yang bisa membuat Aku kehilangan kontrol jiwa. Bagaimanapun aku mencoba meletakkan segala sesuatu pada posisi yang sesuai dengan porsinya, termasuk stress-ku.

Salah satu cara untuk melepas stressku adalah dengan ngobrol dan menulis. Seringkali dari obrolan itu Aku mendapatkan kalimat-kalimat yang menggugah jiwaku, menyentak kesadaranku sampai ke level "tersedak" dalam ketersentakan kesadaran yang kembali pada jiwaku. Kembali pada sebuah kesadaran tentang lapangnya hati. Ya ya ya betapa hati yang lapang seluas samudra tak bertepi. Hati yang mampu menerima setiap kejadian dengan kesadaran penuh sebagai bagian dari ujian, sebagai bagian dari cinta Nya yang kadang di ulurkan dengan sangat bergelombang, panjang dan kadang mengempaskan.

Namun bagaimanapun dalam setiap ujian, Allah telah berikan "seperangkat alat perang" dalam diri kita bernama HATI. Hati yang senantiasa mudah kita bentuk menjadi lapang ataukah sempit.
Sungguh, hanya sebuah keyakinan akan kebesaran Sang Mahabesar yang senantiasa kita endapkan kedalam alam bawah sadar yang membuat hati kita mampu menjadikan sabar sebagai hiasan jiwa. Menjadikan ikhlas sebagai permata hati dan menjadikan maaf sebagai seulas senyum. Inilah sesungguhnya yang mampu membuat hati kita menjadi lapang.

Betapa hati yang lapang sangat luas tak bertepi. Karena ia mampu menyerap segala yang pahit menjadi sebuah unsur yang bisa bermetamorfosa menjadi sebentuk senyum manis tidak cuma di bibir tapi juga di jiwa. Ia pun mampu merubah kepedihan menjadi syukur tak bertara, karena kepedihan akan menjadikannya mampu menghargai setiap detik kebahagian dan membagikan kebahagiaan itu pada setiap jiwa di sekelilingnya.

Maka benarlah apa kata Rosululloh Muhammad SAW,"berhati-hatilah dengan segumpal daging di dalam dirimu, jika ia baik, maka baik juga semuanya. Jika ia buruk, maka buruk juga semuanya, Segumpal daging itu adalah HATI"

Sungguh menjadikan hati kita lapang laksana lazuardi tak berujungi adalah bukan sebuah pekerjaan mudah namun bukan berarti tidak bisa diupayakan. Bagaimana memulainya...?? Mulai lah dengan memaafkan. Memaafkan kesalahan siapapun, dan apapun yang telah orang lain perbuat pada diri kita. Selalu ingatlah setiap kebaikan mereka dan lupakan apapun keburukan dan kesalahan yang pernah mereka lakukan pada diri kita. Kemudian berterimakasihlah atas kebaikan yang kita terima meski cuma secuil. Setelah itu belajarlah mengikhlaskan apapun itu...anggaplah setiap yang terjadi sebagai kafarat atas dosa-dosa yang telah kita lakukan, dan yakinlah, Allah SWT akan menggantikannya dengan yang lebih baik lagi.

Sahabatku...mari bersama menjadikan hati kita lapang hingga orang merasa nyaman dan selalu ada tempat untuk berjuta cinta, berjuta kasih, berjuta maaf buat orang-orang di sekitar kita, buat jiwa-jiwa yang kita cintai, buat siapapun yang hadir dalam kehidupan yang kita jalani. Sehingga kita bisa berkata...Welcome To My Heart, lihat, betapa luas dan lapangnya hatiku. Maka rasakanlah, betapa hati kita laksana taman penuh warna yang menyejukkan mata dan meneduhkan jiwa.

Tips Mengusir Badmood

Pernahkah Anda merasa bosan dengan pasangan Anda?. Pernahkah perselisihan menajadi bara dalam rumah tangga yang Anda bangun dengn susah payah?. Dan pernahkah Anda merasa diabaikan oleh suami atau istri dirumah?. Kebersamaan dalam perjalanan mengarungi mahligai rumah tangga tak selalu diiringi dengan keindahan, adakalanya kita merasa tidak puas, merasa tidak mampu membuat bahagia pasangan kita, merasa tidak berarti dan berbagai macam rasa yang mewakili kata badmood.Uniknya seringkali badmood muncul tanpa juntrungan, tidak jelas kenapa dan mengapa.

Kalau sudah demikian, seringkali kita speechless, tidak tahu mau ngomong apa. Kala bicarapun, kata-kata serasa tak beraroma dan hambar. Jangan lagi untuk bicara panjang mengurai berjuta kata cinta dan menebar jutan lain kata sayang, buat sms pun cuma bisa menulis sms  pendek dan tak berjiwa.

Hati dan pikiran kita tak lagi sinkron dan tak memiliki nada ritmis nan harmonis. Blank..kosong dan yang ada cuma ingin nangis, marah dan kecewa.

Sungguh tidak enak perasaan demikian, membelenggu jiwa dan membuat pasangan kita juga jadi kena imbas badmood yang ngga karuan juntrungannya. Untuk mengatasi masalah itu coba deh ikuti dan lakukan tips berikut.
  1. Segera bangun dari tempat tidurmu dan mandi. Mandi dengan aktivitas bermain air dan menyabuni tubuh dengan sabun yang harum, akan membuat tubuh kita lebih segar dan aroma harumnya sabun akan menembus ke indra penciuman kita dan menstimulasi otak menjadi lebih fresh. Membuat hormon kortisol yang bangun karena kecemasan menjadi layu tak berdaya.
  2. Sehabis mandi segeralah berpakaian dan berdandan secantik mungkin, kagumi pantulan bayangan tubuh dan wajahmu di cermin. Kagumi kecantikan dan kemolekan tubuhmu...kedengarannya narsis yaa....tapi yakinlah, dengan mengagumi diri sendiri kamu tidak akan membenci dirimu karena badmod yang bebal bersemayam di otakmu.
  3. Berkumpulah dengan teman-temanmu. Karena dengan berkumpul meski cuma sekedar ngobrol haha hihi tanpa topik yang jelas akan memmbuat tubuhmu lebih fit, karena trasnfer energi dan daya tahan tubuh serta suasana hati dari teman-temanmu akan menjalar cepat ditubuhmu bak kesetrum ribuan watt tenaga listrik. Akibatnya Kamu akan semakin lebih ceria lagi karena hormon endorfin keluar dari tubuh saat Kamu merasa rilex dan nyaman. Jadi tak ada alasan untuk berkutat dengan badmod dan mengurung diri..rugiiiii!!.
  4. Kalau masih belum juga mempan tips diatas, pergilah kelaut...dan ceburkan dirimu di hangatnya air laut, karena asinnya air laut akan merangsang keluarnya zat melatonin dari otakmu yang menyebabkan kamu mengantuk dan menguatkan medan eletromagnet ditubuhmu, lalu berteriak sekeras-kerasnya...sampai beban hatimu menguap menjadi garam yang siap mengasinkan lagi kehidupanmu.
Naaah...tunggu apalagi...??masih mau mengurung diri dan meratapi rasa yang tidak karuan...??. Sudah bukan masanya lagi buat kita menjadi kanak-kanak yang merengek, meratap dan minta dikasihani. Nangis sih boleh saja, sebagai penyeimbang jiwa, tapi jangan larut. Kasihankan pasangan kita jadi bertanya-tanya dan terimbas energi negatif darimu. Kalau energi negatif sudah mengurung kalian berdua, bercinta pun tak lagi indah bukan...:).

Kamis, 03 Maret 2011

Air Mata Kehidupan

Menghadapi seorang pasien dengan level depresi lumayan dalam membuatku betul-betul menguras tenaga untuk menenangkannya. Terlebih Aku juga harus berhadapan dengan arogansinya sebagai seorang lelaki yang katanya pantang menangis sehingga seluruh emosinya diungkapkan dengan kemarahan, teriakan dan caci maki. Sebenarnya andai saja dia, pasienku yang kusebut saja Irwan mau menangis, insya Allah perilakunya lebih bisa terkendali dan penyakit-penyakit ditubuhnya perlahan namun pasti akan tereliminasi.

Tapi alih-alih mendengarkan saranku yang kumasukkan kealam bawah sadarnya lewat proses hypnoterapi, ia malah melakukan penolakan dengan berkata,”Saya lelaki dan pantang menangis, karena nangis itu haknya perempuan”.
Mendengar ungkapannya Aku merasa genderisasi telah menjebak seseorang pada sebuah ruang dimana dia jadi merasa sulit mengekspresikan rasanya. Sebuah ekpresi rasa dengan menangis dianggap sebagai perilaku menyek-menyek buat seorang lelaki. Padahal kebebasan berekspresi adalah milik semua meskipun perempuan  memiliki hormon prolaktin yang lebih banyak dari pada lelaki terkait dengan peran perempuan yang dianugrahi kelenjar  susu untuk memproduksi asi dalam dirinya. Hormon prolaktin ini lah yang banyak terkandung dalam airmata yang diproduksi oleh kelenjar airmata perempuan yang juga lebih besar daripada kelenjar airmata lelaki.

Namun demikian aktivitas menangis bukan cuma milik seorang perempuan, karena menangis bisa menggantikan ribuan kata yang tak mampu kita ucapkan. Menangis juga sebuah aktivitas menambah jumlah detak jantung dan dapat dikategorikan sebagai latihan yang berguna bagi diafragma serta otot-otot dada dan kedua pundak. Setelah menangis, kecepatan detak jantung akan kembali normal, sehingga ia akan mengendur dan akhirnya muncul perasaan nyaman. Air mata yang keluar saat kita menangis berisi sekian banyak hormon yang dihasilkan oleh tubuh kita manakala kita sedang mengalami ketegangan jiwa. Oleh karena itu, ketika kita menangis, hormon-hormon ketegangan hilang dan akhirnya kita bisa merasa nyaman

Bukan Cuma itu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. WilliamA. Barry di Pusat Penelitihan Mata dan Air Mata, di Saint Paul Medical Centre, menyimpulkan bahwa menangis itu sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa dan emosi kita. Penelitian itu juga menegaskan bahwa merupakan kesalahan jika kita menahan keinginan untuk menangis, manakala kita memang sedang menghadapi persoalan yang menuntut kita untuk menangis. Menahan air mata justru akan menyeret kita menuju terjadinya krisis hati, kekacauan lambung, sakit kepala, dan nyeri persendian.

Air mata sangat berperan dalam membersihkan mata kita dan juga berperan penting di dalam meringankan tekanan jiwa yang tersimpan, yang jika terus disimpan justru akan semakin memperparah berbagai jenis penyakit, seperti radang lambung, tekanan darah tinggi, serta peradangan pada selaput usus besar.

Janganlah membiarkan diri kita terjebak dalam batasan kelamin sampai-sampai kita menekan kemanusiaan kita untuk menangis karena justru dengan tangis membuat diri kita semakin kuat dalam menghadapi banyak hal, karena tangis adalah penyeimbang kekuatan dan kelemahan, duka dan suka, tawa dan lara juga derita dan bahagia. Menangis tidak identik dengan cengeng apalagi sakit jiwa. Seratus persen kita tetap waras meskipun sensi, mellow dan menangis, asal tidak berlebihan sampai menunjukkan perilaku sakit jiwa.

Maka menangislah agar airmata menyuburkan lahan kesabaran dan menumbuhkan kekuatan jiwa hingga mampu memantik asa buat meraih segala mimpi dan harapan. Menangislah dalam pengaduan setiap masalahmu pada Sang Empunya hidup Allah SWT, lagipula bukankah Allah berfiman dalam Al-Qur’an,”dan hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”.
Lalu ingat pula sebait do’a Rosululloh SAW ketika kita tidak mampu menangis,”Ya Allah anugerahkanlah kepada kami dua buah mata yang meangis karena takut kepada-Mu sebelum datang masa dimana tak ada lagi air mata”.

Bagi para lelaki, yakinlah menangis tidak akan mengurangi kejantanan dan kemachoan Anda. Dan bagi Anda para perempuan, bersyukurlah Allah SWT telah mengkaruniai kelenjar prolaktin yang lebih besar dibanding dengan kaum adam, karena disebabkan hormon tersebut kajian ilmiah mengungkapkan bahwa perempuan lebih banyak menangis empat kali lipat dari pada laki-laki dan inilah yang menyebabkan perempuan mampu lebih lama bertahan hidup dari pada laki-laki. Karena perempuan dapat menetralisir racun dari tubuhnya melalui air mata.

Jadi siapapun Anda, lelaki atau perempuan, menangislah jika memang  ingin menangis. Menangis tidak menyebabkan kita tidak keren pun dengan tidak menangis tidak menyebabkan kita makin keren.

"...lihatlah seseorang dari matanya, karena itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada. Dan Tuhan memberinya airmata untuk diteteskan, yang khusus miliknya, untuk digunakan kapanpun dia membutuhkan, untuk melepas segala beban hatinya, bahkan kebahagiaan dari sebuah cinta, karena sebenarnya air mata ini adalah airmata kehidupan”.